Senin, Maret 03, 2008

Bila Eyang Selingkuh

Kemarahan Mbah Harjo, 78, memang mencapai titik kulminasi. Masak, urusan selingkuh kok diwartaberitakan ke mana-mana. Maka Giran, 30, selaku “penyiar”-nya langsung saja dieksekusi, meski ponakan sendiri. Istri yang mencoba menolong, dibabat sekalian hingga Ny. Kamini, 50, masuk rumahsakit.
Orang yang sedang gandrung perempuan, memang suka lupa umur. Mbah Harjo dari Desa Bodeh Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora (Jateng), tak terkecuali. Meski sebentar lagi sudah ngurek lemah (masuk kubur), semangat aspirasi urusan bawahnya masih menggebu-gebu. Tak puas dengan bini di rumah, dia mencoba menyalurkan libidonya di luaran. Katanya, cari yang josss dan maknyusss seperti kata Bondan Winarno.
Kakek satu ini memang lumayan kaya di kampungnya. Oleh karena itu, meski tubuhnya sudah renta dan pipinya mulai wiron (berlipat), ada saja perempuan yang mau diselingkuhinya. Dia adalah Mintul, 35, janda muda dari tetangga desa. Baginya, meladeni Mbah Harjo semata-mata hanya untuk kepuasan materil, bukan onderdil. Maklum, ibarat senapan, “kokangan” Mbah Harjo sudah tidak kuat lagi. Karenanya wajar saja tembakannya sering meleset.
Dasar Mbah Harjo, meski hasilnya tak pernah lagi prima, masih juga berkecimpung ria dalam dunia asmara di bawah tanah. Pada hari-hari tertentu, diam-diam mengunjungi rumah gendakan untuk bercengkerama barang sebentar. Cuma apes banget si kakek genit ini. Meski sudah diusahakan serapi mungkin, masih ada juga yang mencium praktek selingkuhnya. Paling celaka, yang memergoki justru Giran, ponakan sendiri.
Inilah wejangan masa lalu yang juga pernah ditekankan Pak Harto: mikul dhuwur mendhem jero. Maksudnya, jasa-jasanya selalu diingat, dan hal-hal yang buruk disembunyikan serapat mungkin. Maksud Mbah Harjo juga begitu. Giran yang pernah melihat kisah buramnya, merahasiakan skandal itu. Lha kok ternyata tidak! Praktek mesumnya bersama janda Mintul, disiarkan ke mana-mana, sehingga menjadi rahasia umum. Mbah Harjo malu sekali, karena para tetangga lalu menjuluki: gaplek nang krikilan, tuwek-tuwek petakilan (sudah tua kok masih berlaku genit, tak tahu diri).
Edannya lagi, kisah mesum Eyang Kakung tersebut juga disampaikan Giran pada Ny. Kamini, istri Mbah Harjo. Wah, sudah barang tentu nenek ini malu dan sakit hati. Malu karena tindakannya itu menyebabkan kehormatan keluarga jatuh ke titik nadir. Sakit hati lantaran cinta agungnya yang agung tersebut dikhianati. Kenapa mesti selingkuh, wong kebutuhan materil dan onderdil di rumah juga “ready stock”. “Ah lelaki memang begitu, di rumah sudah ada nasi rajalele, ketemu kotoran manusia dimakan juga,” begitu Mbah Putri bertamsil ibarat.
Menyikapi tindakan suami, Ny. Kamini bertekad minta cerai saja. Dia tak lagi sanggup hidup berdampingan dengan Mbah Harjo yang telah menyakiti hatinya. Ternyata, meski hati Eyang Kakung sudah berpaling pada janda Mintul, dia belum siap untuk menceraikan istri perdananya. Karenanya, Mbah Harjo lalu menyalahkan Giran yang dianggapnya jadi biang kerok. Andaikan saja ponakan tidak bermulut ember, niscaya skandalnya bersama Mintul nyaris tak terdengar macam Isuzu Panther.
Saking kesalnya, Giran lalu dipanggil, dan diomeli habis-habisan. Dia disalahkan, kenapa sebagai ponakan tidak bisa menjaga martabat paman? Kenapa tidak mencoba berlaku arif, mengikuti ajaran Pak Harto: mikul dhuwur mendhem jero itu tadi. Akibat ulahnya, sawah garapan yang selama ini diberikan pada Giran, langsung ditarik. Hal ini rupanya membuat ponbakan merasa dirugikan. “Apanya yang mikul dhuwur, Mbah Harjo saja yang le mendhem kejeron (nanemnya terlalu dalam),” kata Giran mengkritisi Mbah Harjo ketika hubungan intim dengan si Mintul.
Iman dan kesabaran Mbah Harjo pun rontok. Saat ada tetangga Giran punya hajatan, dia justru menyelinap ke rumah ponakannya tersebut. Anak muda yang baru nonton TV itu langsung dibabat golok hingga tewas. Ny. Kamini yang mencoba mencegah kekalapan suami, tak urung kena bacok juga sehingga masuk RSU Blora. Ketika ditangkap polisi Polsek Randublatung, Eyang Kakung mengaku dendam pada Giran karena aksi selingkuhnya disiarkan ke mana-mana.
Habis “penak-penakan”, si kakek langsung habisi ponakan!

Tidak ada komentar: