Senin, Maret 03, 2008

Drakula Dibakar Cemburu

Antar tetangga berbagi kue, itu jamaknya orang bermasyarakat. Tapi jika kemudian "kue donat" istri mau dinikmati juga, wah ini sudah kelewatan. Karenanya Mirjan, 28 tahun, pun pasang kuda-kuda ketika Miskan, 25 tahun, lelaki tetangganya ada indikasi ingin merebut istrinya. Cuma dia ini keterlaluan. Baru melihat istrinya beberapa kali jalan bareng dengan si Miskan, sudah dianggap mereka pernah pula tidur bareng. Nah, cemburunya "drakula" cap kampung ya begitulah. Meski tak ada bukti otentik, leher Miskan langsung digigit dan disedot darahnya mirip si Mopi.
Tetangga Miskan di Desa Puger Wetan Kecamatan Puger Kabupaten Jember (Jatim) cukup banyak, tak bisa disebut orang perorang. Cuma tetangga dekat rumahnya yang bernama Herniati, 24, sungguh menyita pikiran dan perasaan Miskan sebagai lelaki. Di samping orangnya cantik, keramahannya menambah daya pesona tersendiri. Bila tertawa, dengan bibirnya yang tipis itu, wihhh….sungguh menggemaskan. Betapapun gigi geraham atas sebelah kiri yang sudah tanggal, justru membuat Miskan tak bisa tidur memikirkannya. "Sayang dia bukan istriku," katanya berandai-andai.
Istri Mirjan ini juga kawehan (suka memberi) pada tetangga. Bila punya makanan sedikit istimewa, pastilah tiba juga di rumah tetangga kanan kiri, termasuk rumah Miskan. Bisa kue-kue oleh-oleh dari Surabaya, bisa makanan bawaan dari kampungnya. Rasa makanan itu sebetulnya biasa saja. Tapi karena ada faktor X-nya, bagi Miskan jadi lezat luar biasa. Bahkan saat dia membuka nampan tempat kiriman kue tersebut, sepertinya wajah Herniati nempel di atas kue-kue tersebut
Karena sudah menjadi milik orang, mencintai Herniati sampai kena hernia (kondor) pun tak mungkin kena. Miskan sangat menyadari akan hal itu. Tapi lantaran cintanya kadung setinggi Gunung Kelud yang mau njeblug (meletus), bisa jalan bareng atau ngobrol bersama bini Mirjan baginya sudah kebahagiaan tiada tara. Karenanya, bila ketemu Herniati jan dicucuk-cucukke (dimanfaatkan betul). Biar perempuan itu sudah capek dan bilang "sudah ya", Miskan terus mengajak ngobrol bagaikan tukang obat di pinggir jalan. "Gimana sih, saya belum apa-apa kok dibilang sudah", kata Miskan sangat menjurus.
Akhir minggu Kamis (13/12) Miskan amprok dengan Herniati yang baru pulang dari pasar. Seperti biasanya, perjaka kena penyakit subita (suka bini tetangga) itu mulai ngajak ngobrol Herniati sepanjang perjalanan, sementara jalannya sengaja dibuat mepet-mepet sehingga kadang nyenggol tubuh si tetangga idola. Herniati sih biasa-biasa saja, tapi bagi Miskan bagaikan kena strom 5.000 volt serrrrr. Ih, kalau dia tak ingat resiko dipentungi wong (dipukuli orang) ingin rasanya Miskan mendekap Herniati, lalu…. clepot clepot, cup cup ajinomoto!
Hati ingin memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai; maksud hati ingin memeluk Herniati, apa daya terlihat oleh suaminya. Nah, ketika Miskan berhaha-hihi sambil nyenggol-nyenggol, tanpa sengaja ketahuan oleh Mirjan. Dasar dia pencemburu berat, melihat istrinya nampak akrab dengan Miskan, dianggapnya sudah lebih dari itu mereka berbuat. Di jalan saja begitu, apa lagi di dipan; begitu pikirnya. Tanpa pikir panjang Miskan dikejar dan setelah kena langsung saja leher digigit dan hendak dihisap sekalian darahnya. Untung Miskan segera bisa melepaskan diri dari serangan "drakula" kelas kampung. Dengan leher berdarah dia mengadu ke Polsel Puger, dan Mirjan pun ditangkap.

Tidak ada komentar: