Senin, Maret 03, 2008

Dengar Dan Rasakanlah

Rasakan setelah kau dengar, begitu bujuk setan pada Aning, 18, yang berulangkali mendengar ibu dan ayah tirinya berhubungan intim di kamar sebelah. Padahal setelah 70 kali disetubuhi Kamidin, 40, si ayah tiri, gadis pelajar SMA itu harus menyesali nasib lantaran kadung hamil 5 bulan.
Antara pendengaran dan perasaan, memang saling berkaitan sebagai panca indra manusia. Begitu pula penglihatan, sering pula memancing orang untuk merasakan. Sekedar contoh, ketika melihat segelas es sirup yang merah menyala di terik matahari, siapa orangnya yang tak tergoda untuk minum. Itu baru es. Apa lagi es-em alias senyum yang sepahit madu, lelaki normal (kalau bisa) pastilah ingin mencium langsung siapa pemilik senyum tersebut.
Mungkin kondisi Aning seperti itulah. Sejak ibunya yang janda kawin setahun lalu, dia sering mendengar suara-suara misterius di kamar sebelah yang ditinggali ibu dan ayah barunya. Ada desah-desah nikmat sang ibu, ada napas yang memburu, sementara suara ranjang berderit-derit penuh irama. Sebagai pelajar SMA kelas II kala itu, Aning tak mampu membayangkan apa sesungguhnya yang terjadi di kamar sebelah. Dalam ilmu Fisika yang dipelajarinya di sekolah, apakah ini bagian dari gempa 5,6 skala Richter? Tetapi kenapa getarannya hanya terasa di kamar sebelah. Apakah pusat gempa memang 30 Km di bawah laut selatan?
Berulang kali Aning mendengar suara tersebut di tengah malam, sehingga sekali waktu dia tergoda untuk mengintipnya. Ketika dia menyaksikan pemandangan lewat celah dinding, ya ampun! Dia baru mengerti bahwa inilah yang dinamakan hubungan suami istri, yang selalu menjadi kewajiban mengasyikkan bagi kehidupan rumahtangga. “Gimana Ning, kamu pengin juga kan?” kata setan memberi semangat.
Untuk kali pertama, Aning jadi malu dan deg-degan menyaksikan adegan itu. Tapi lain hari dia ingin mengulangi lagi, sehingga akhirnya menjadi sebuah rutinitas. Celakanya, di kala dia sudah jenuh dengan “blue film” di kamar sebelah, Kamidin sang ayah tiri belakangan suka berbaik-baik pada dirinya. Kemudian, di saat sang ibu tak di rumah, Kamidin merayu-rayu untuk diajak berhubungan intim bak suami istri. Aning pun kembali teringat betapa ibunya sering mendesah-desah di tengah malam.
Tanpa disadari dia menurut saja atas ajakan sang ayah tiri. Walhasil, adegan yang selama ini hanya nampak dalam pengintipan, kini Aning telah merasakan langsung, dengan bintang pemerannya tetap sama, yakni Kamidin ayah tirinya. Rupanya Aning sangat menikmati permainan itu, sehingga dia makin terlena, lupa akan dosa. Tanpa terasa, sejak dia duduk di kelas II hingga kelas III SMA sudah 90 kali Kamidin menggauli dirinya.
Malang mulai menyergap Aning, ketika dia mendadak hamil. Melihat anak tetangga bunting tanpa suami, para tetangga pun tergoda untuk menanyai anak tiri Kamidin. Mereka jadi kaget dan marah demi mendengar pengakuan gadis itu bahwa pelakunya adalah ayah tirinya. Tanpa ada yang mengomando, warga berbondong-bondong mencari Kamidin dan lalu menghajarnya rame-rame. “Tembok kok sak cagake, simbok kok sak anake (ibu dan anak dipakai bersama),” kata penduduk sambil menempeleng Kamidin, pletakkkk!
Untung polisi segera tiba melerai mereka yang kalap. Lelaki celamitan dari Jalan Branjangan, Kelurahan Beduri, kota Ponorogo (Jatim) ini segera dilarikan ke Polres Ponorogo. Dalam pemeriksaan Kamidin mengakui bahwa memang sudah 90 kali menodai anak tirinya suka rela. Di depan istri dan anaknya di ruang pemeriksaan, dia tanpa sungkan-sungkan mengakui siap menikahi Aning. Ibu dan anak mau dimadu? Edan!

Tidak ada komentar: