Senin, Maret 03, 2008

SKPT Versi Mertua

Meski Dalimun, 48, tak bekerja di kantor Agraria, belakangan dia dibuat pusing soal SKPT (Surat Keterangan Pendaftaran Tanah). Maklumlah, gara-gara SKPT itu pula dia ketahuan telah menodai, Tami, 18, adik iparnya berulangkali. Kata mertuanya, SKPT di sini berarti: Susu Kendor Pantat Turun!
Andaikan binatang unggas, Dalimun ini bisa disepadankan dengan ayam jago. Tahu kan ayam jago? Kalau bisa semua ayam babon hendak dikawininya. Meski baru saja kawin-kawinan dengan ayam betina lain, melihat babon baru melintas langsung dikejarnya hingga dapat. Tak peduli melompat pagar, nabrak pot bunga, si babon diburu terus. Begitu si babon menyerah ndeprok di tempat sampah, langsung saja si jago melepas hajatnya. Setelah itu dia mengepakkan sayapnya: kukuluruuuuuuk!
Mirip itulah kelakuan Dalimun dari kampung Way Pisang Kecamatan Way Tuba, Lampung. Bagaimana tidak. Di rumah sudah punya satu istri, eh masih nambah satu bini lagi. Betulkah targetnya untuk meningkatkan derajat seorang wanita? Omong kosyong! Target Dalimun cuma satu, memanjakan nafsu. Ibarat makanan, sekadar untuk berganti-ganti menu. Bosan sayur kencing kudak (baca: sayur asem), ganti ke lodeh atau jangan bobor kata orang Jawa di Lampung.
Akibat punya dua “kendaraan” itulah, Dalimun jadi terkenal sebagai raja bohong nomer wahid di kawasan Lampung. Pasalnya, untuk mencegah terjadinya “perang Irak – Iran” di rumah, dia harus pandai-pandai mengibuli dua istrinya secara bergantian. Gilir pada istri kedua, ngakunya lembur di kantor. Ganti ndekemi bini pertama berhari-hari, Dalimun mengaku tugas ke luar kota. Turne katanya, padahal hanya turu kana turu kene (tidur sana tidur sini).
Setan benar si Dalimun! Meski sudah ada dua bini yang bisa diaplus bergantian, masih juga kurang. Melihat adik bini pertama mulai nampak semlohai dalam usia 18 tahun, kontak juga pendulumnya. Dia mulai melirak-lirik sekaligus membayangkan, kapaaan bisa menggauli si Tami yang cantik menggemaskan itu. “Di mana ada kemauan, di situ ada jalan, Bleh….,” kata setan mulai membujuk Dalimun.
Adik ipar Dalimun selama ini memang tinggal bersamanya, sehingga dia selalu melihat keseharian si gadis, termasuk ketika Tami tidur dengan rok tersingkap. Nah, ketika melihat ipar dalam kondisi seperti itu, jakun Dalimun langsung turun naik. Ibarat kucing lihat burung gereja, ingin dia segera menerkamnya. Tapi selama ini situasinya selalu tidak aman secara mantap terkendali. Apa lagi, Dalimun juga belum mendapat petunjuk bapak setan lebih lanjut.
Yang namanya setan memang gak iso dirasani (tidak bisa dipergunjingkan). Begitu dibutuhkan, dia pun datang. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, kembali siang-siang dia melihat Tami bergelar paha nusantara di kamarnya. Setan pun memberi aba-aba: sikaaaaat! Maka Dalimun jadi lupa akan statusnya. Tami ditindih. Meski sempat berontak dan terjatuh dari ranjang, tapi akhirnya menyerah kalah disetubuhi kakak iparnya. “Kalau kamu cerita, kakakmu tak ceraikan, tahu rasa!” begitu ancam Dalimun.
Akibat ancaman tersebut Tami tak berkutik dan diam. Tapi itu justru sangat menguntungkan bagi Dalimun di hari-hari selanjutnya. Lain waktu bila dia membutuhkan, tinggal menggelandang Tami ke ranjang. Dan ternyata, lama-lama gadis pelajar SMA tersebut bisa menikmatinya. Bila Jumat (15/2)-Jumat (15/2) tingkah polahnya masih malu-malu, kini justru malu-maluin. Maklumlah, bila dulu mau menjejak kaki, kini malah sering mengajak!
Noda-noda itu selama berbulan-bulan bisa dirahasiakan, tanpa seorang pun tahu bahwa Tami sudah tidak perawan lagi. Tapi tidak demikian dengan mertua Dalimun. Menyaksikan perkembangan putrinya, si Tami, belakangan ini, dia jadi curiga. Kenapa masih gadis belia kok sudah nampak SKPT (Susu Kendor Pantat Turun). Secara diam-diam Tami pun dipanggil dan ditanyai soal perkembangan tubuhnya. Awalnya tak mengaku, tapi akhirnya ngoceh juga. “Memang Pak, sudah lama Mas Dalimun sering menggauli saya…”, kata Tami telak.
Keruan saja mertua Dalimun berikut jajarannya mencak-mencak. Anak mantu yang badung itu pun diusut, sayang melarikan diri. Terpaksa kasusnya diserahkan ke Polsek Way Tuba. Dan beberapa hari lalu, ketika dia baru naik motor menuju ke rumah istri mudanya di Kampung Baru, Martapura, polisi menyergapnya. Awalnya Dalimun berlagak pilon, tapi begitu disinggung soal SKPT si Tami, dia pasrah saja dijebloskan ke kantor polisi. Pusing kan, bukan petugas Agraria ditanyai SKPT?

Tidak ada komentar: