Senin, Maret 03, 2008

Setelah Cintanya Kandas

Cinta yang kandas memang menyakitkan. Tetapi jika kemudian memperkosa demi menggolkan cintanya, jelas akan berhadapan dengan hukum. Dan inilah lakon yang dialami Joko, 25, dari Lumajang Jatim. Dia ditangkap polisi karena memperkosa bini tetangga, yang konon pacarnya di kala bujangan dulu.
Ini kisah cinta macam logo Departemen Penerangan, bagaikan api tak kunjung padam! Meski gadis yang dicintainya sudah jadi bini orang, masih dikejar-kejar juga. Dengan segara kiat dan siasat Joko mengejar Narti, 22. Targetnya hanya satu, dia harus berhasil menaklukan bini Damiri, 30, dan kemudian menggaulinya. Ah, kenapa sih, cinta makhluk adam-hawa selalu bermuara pada persetubuhan? Ini perwujudan cinta ataukah sekedar hawa nafsu sih?
Narti dan Joko ketika masih menjadi manusia bebas merdeka memang pernah berpacaran, dengan target menjadi suami istri yang sakinah. Tapi ternyata sebagaimana KB di era reformasi, target itu jarang berhasil. Narti yang katanya cinta pol pada Joko, ketika dikawinkan dengan Damiri tak menolak. Begitu pula Joko, sebagai pengobat kecewa, dia segera kawin dengan gadis lain. Bodo amat orang mengatakan cinta pelarian! “Cinta nggak cinta, ternyata sama asyiknya,” begitu kata Joko.
Tekad Joko sewaktu menikah segera, setelah punya istri sendiri, niscaya dia bisa melupakan Narti. Ternyata susah. Masalahnya, mereka berdua masih sama-sama tinggal sekampung, di Desa Curahpetung Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang. Makin celaka lagi, tempat tinggal mereka bertetangga. Jadi praktis Joko selalu melihat malang melintangnya Narti sehari-hari, termasuk ketika bekas kekasih itu pagi-pagi selalu belanja ke warung Mbah Bewok. Joko diam-diam memang suka memonitor mantan sang kekasih.
Apes dan nelangsanya Jok makin terasa, mana kala melihat pagi-pagi Narti sudah keramas. Aduuuuh, habis diapakan saja semalam dia oleh suaminya? Cemburu sekali Joko, tapi sayangnya tidak bisa berbuat apa-apa, lantaran tak lagi berhak. Dan semakin pusing lagi ketika Narti hamil 4-5 bulan, ah ternyata tokcer bener Damiri. Pernah Joko merayu untuk bisa ikut bermain “saham”di perutnya, tetapi Narti menolak sengit. “Nggak bisa! Meski kita saling menyinta, tapi Mas Joko kan bukan suamiku…,” kata Narti tegas.
Tapi ternyata Joko tak mempan oleh gertakan tersebut. Dia terus saja mencari cara bagaimana bisa mengaktualisasikan cintanya pada Narti. Biar orang mengatakan sebagai lelaki subita (suka bini tetangga), biar tetangga menyebut sebagai seniman (suka bini teman), Joko tak ambil peduli. Dia terus saja maju seperti Bung Karno ketika konfrontasi dengan Amerika dulu: onward no retreat (maju terus pantang mundur). Prinsipnya, mati pun rela jika telah berhasil menggauli Narti.
Akhirnya peluang yang sangat ditunggu itu pun tiba. Ketika rumah Narti sepi lantaran suaminya masih mencangkul di sawah, Joko yang tadinya hendak menyabit rumput menyelinap masuk ke rumah. Narti yang baru mencuci piring di dapur langsung disergap dan diseret ke ranjang. Betapapun dia meronta dan melawan, apa daya makhluk wanita yang keribetan pinjung (geraknya terbatas). Maka dengan sedikit ancaman, terpaksa Narti yang dalam kondisi hamil merelakan kehormatannya diacak-acak bekas pacarnya dulu.
Kegiatan “nyepuh” Joko selesailah sudah, dia pergi sambil bersiul-siul penuh kemenangan. Tapi bagaimana dengan Narti? Dia menjadi trauma dan merasa berdosa. Ketika suaminya pulang segera dia menangis melolong-lolong bahwa kehormatannya baru saja diserobot Joko. Sebetulnya Damiri ingin bikin perhitungan dengan Joko, tapi karena dikendalikan keluarganya, dia cukup melaporkan Joko ke Polresta Lumajang dan Joko pun dibekuk. “Siapa bilang aku memperkosa? Kami suka sama suka kok, wong dia dulu pacar saya juga,” kata Joko mau cari pembenaran. Pacar gundulmu njebluk.

Tidak ada komentar: