Senin, Maret 03, 2008

Kiamat Memang Sudah Dekat

Cukup baik sebetulnya maksud Sahid, 45, memerintahkan Sari, 20, putrinya berguru pada ustadz Idrus, 35. Sebab guru ngaji pasti dijamin alim kelakuannya dan bernas ilmunya. Tapi yang terjadi, gadis pembantu itu malah dinodainya. Sahid pun meratap: kiamat memang sudah dekat rupanya.
Ini kisah orangtua bertanggungjawab, tapi kemudian ketemu lelaki yang jawabannya serba tanggung. Soalnya, sebagai orang Jawa yang kental dengan ajaran para leluhur, Sahid selalu mencoba mencarikan guru yang tepat bagi anak-anaknya. "Lamun sira anggeguru kaki, amiliha sujanma kang nyata, ingkang becik martabate, sarta kang wruh ing kukum, kang ngibadah lan kang wirangi (andaikan kamu berguru, pilihlah orang yang baik martabatnya, tahu hukum, taat ibadah dan tahu malu),” begitu sepenggal ajaran buku Wulangreh karya Pakubuwono IV, yang pernah dibaca Sahid.
Nama Idrus sebagai ustadz, di Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun, sudah cukup dikenal. Sahid sendiri pernah berguru pada lelaki tetangganya tersebut, sehingga wajar-wajar saja bila dia mendisposisi putrinya untuk berguru ngaji pada sang ustadz. Sahid memang ingin putrinya jadi babu yang plus. Maksudnya, rajin bekerja pada majikan, tapi juga pintar dalam urusan agama bekal hidup di alam baka kelak.
Tanpa membuang waktu, di kala Sari pulang dari majikannya di Sidoarjo, putri tercinta tersebut langsung diserahkan pada Idrus untuk diweleg (diajari) ilmu agama. Cuma, ternyata Sahid sedang salah pilih. Ustadz Idrus yang selama ini jejak rekamnya sangat baik, ternyata juga hanya manusia biasa, yang mudah tergiur wanita cantik dan berpantat kentel. Sayangnya, kesadaran ayah Sari ini datang sudah terlambat, ketika Sari terlambat bulan gara-gara digauli oleh Idrus yang menyia-nyiakan sebuah amanat.
Asal tahu saja, meski predikatnya pembantu, tapi sesungguhnya Sari adalah gadis yang cantik penggoyah iman. Bodi dan kulitnya sangat menjanjikan, sehingga bila tinggal di Ibukota bisa langsung dikasting dan main sinetron. Cuma karena ortbitnya di kampung, ya gagal jadi bintang sinetron, kesasar jadi bintang dapurnya sebuah keluarga di Sidoarjo. Sari pun pasrah, karena orangtuanya memang tak mampu menyekolahkan dirinya setinggi mungkin. Jaman sekarang, lulusan SMP mau berharap apa, jika bukan jadi TKW domestik.
Melihat penampilan Sari yang ayu, awalnya ustadz Idrus biasa-biasa saja. Tapi setan terus menggosok dan mempengaruhi, sehingga lama-lama dia lupa akan posisinya yang ustadz dan jadi panutan tetangga kanan kirinya. Ini terjadi setelah mengaji beberapa kali, tahu-tahu Sari dapat perlakuan yang khusus. Dia dipisahkan dari teman-temannya. Dia mengaji secara sendirian, di kamar yang khusus pula. Yang aneh, setiap salat Sari hanya boleh mengenakan rukuh saja. Dalamnya harus polos alias tanpa awer-awer (tanpa baju dan celdam).
Akhirnya mala petaka itupun terjadi. Suatu saat Sari digerayangi, hingga terangsang. Nah, ketika spaneng putri Sahid itu telah memuncak, dia pasrah saja disetubuhi oknum guru ngaji bernama Idrus ini. Idrrus benar-benar telah menanggalkan predikatnya. Di kamar yang khusus itu, Sari sang murid disekap dan dijadikan ajang pemuas nafsu berulang kali. “Pokoknya aku bertanggungjawab andaikan terjadi hal paling buruk dari hubungan ini,” garansi Idrus untuk meyakinkan.
Malu dan dosa agaknya sudah dinafikan oleh oknum guru ngaji ini. Buktinya ketika dia ketagihan dan rindu pada Sari, meski si murid sudah kembali ke Sidoarjo, disusulnya pula ke sana. Begitu tahu kekasih gelapnya sendirian di rumah karena majikan baru ke Surabaya, langsung saja disetubuhi kembali bak istri sendiri. Benar-benar Idrus tak mau keduluan setan. Dia tak lagi mengenal haram, adanya cuma: karem (hobi).
Akhirnya skandal Idrus pun terbongkar juga.Ini terjadi ketika tahu-tahu Sari hamil. Dia telah berusaha mengajak ke dukun pengguguran, tapi si pembantu idola itu tak bersedia. Bahkan Sari kini marah, lantaran Idrus mengelak dari tanggungjawab. Dia mengadu pada sang ayah, dan Sahid pun terkaget-kaget jadinya. Dengan perasaan pilu, dia terpaksa mengadukan oknum guru ngaji ini ke Polsek Saradan. Sejak itu, citra Idrus jadi hancur. Sayang, imannya kuat tapi “si imin” yang tidak tahan.

Tidak ada komentar: