Senin, Maret 03, 2008

Dendam Ke Liang Kubur

Kalau dendam telah membara, ke liang kubur pun masih juga dikejar. Itulah nasib Jumali, 40, dari Semarang. Dia memperkosa bini orang 5 tahun lalu, gantian kini nyawanya diperkosa keluar dari badan, dengan cara dibakar. Darwin, 37, selaku eksekutor, meski harus masuk penjara bersama istri, tapi puasssss, puassss!
Asmara dan cinta kadang melintas batas dan sektoral. Maksudnya, sudah memiliki bini sendiri, masih juga mencintai bini orang. Ada sejuta alasan untuk meligitimasi tindakanya. Ada yang karena bekas kekasihnya dulu, karena korban perjodohan, lantaran mengejar obsesi, atau memang dasarnya …..doyan. Jumali yang semula tinggal di Surabaya ini rupanya termasuk kategori terakhir. Asal melihat perempuan cantik dengan kulit putih dan betis mbunting padi, langsung pendulum kontak blip, blip…!
Nama Jumali di kompleks Perrmahan Gunungsari, Surabaya, jejak rekamnya memang sudah demikian buruk. Dia kondang sebagai lelaki mata keranjang. Asal melihat perempuan cantik, nafsunya langsung naik hingga 240 volt. Ibaratnya kambing bandot, dia langsung mengembik-ngembik ingin menyetubuhinya. Buntut si betina terus ditempel. Tapi begitu lawannya kencing, si bandot “menyeringai” mengangkat bibir atasnya!
Gejala Jumali seperti itu, ketika punya tetangga baru Ny. Dewi. Sudah jelas wanita tersebut istri Darwin, masih juga suka digoda. Bila ketemu hanya berduaan saja, rayuan “pulau kelapa”-nya pun keluar. Yang aku cinta sampai matilah, yang kutercipta untukmulah, sampai yang kutunggu jandamu segala. Sayangnya, meski dirayu-rayu dan dicolek, Dewi tak bergeming. “Jangan begitu Mas, aku kan sudah bersuami…,” kata perempuan tetangga santun.
Edan, memang. Kelakuan Jumali macam Dursasono ksatria Banjarjungut wayangkulit saja. Meski cinta ditolak, masih nyosor saja. Semboyannya, ole-ole kotaraja, kalau nggak boleh ya diperkosa saja! Dan ini ternyata hanya bukan sebuah wacana, tapi benar-benar ingin dilaksanakan. Jumali belum lega rasanya bila belum berhasil menyetubuhi bini tetangganya tersebut. Prinsipnya: banyak jalan menuju Krawang, banyak cara ke ranjang!
Namanya orang bertetangga, Jumali banyak tahu saat kapan Dewi sendirian di rumah. Sekali waktu kesempatan emas itu tiba, yakni ketika Darwin suaminya tugas ke Batam selama beberapa hari. Langsung saja Dewi yang tidur sendirian disergap. Istri Darwin mencoba meronta, tapi gagal. Sedang mau teriak, malu sama tetangga. Tapi akhirnya, walau dia berontak semampunya, tembakan Jumali pun masuk ke gawang lawan. Goooool, skore menjadi satu kosong!
Malam itu Dewi menangis, sementara Jumali pergi dengan sejuta kepuasan. Tapi karena takut dikejar dosa, dia lalu memboyong keluarganya mendadak, pergi entah ke mana. Dan prediksinya memang tidak meleset. Sebab setelah Darwin tahu istrinya dikangkangi tetangga, dia mencoba melampiaskan dendam. Ingin bikin perhitungan secara lelaki, tapi ke mana, sebab Jumali mendadak hilang bak ditelan bumi.
Akhirnya sekian tahun kemudian didapat info bahwa musuh bebuyuitannya pindah ke Wonosari, Ngalian, Semarang. Dengan senjata senapan angin untuk mbedil bajing, ditambah bensin 5 liter, dia memburu musuhnya. Kebetulan sekali Jumali yang dicarinya tengah menggendong anak depan rumah sambil nyanyi-nyanyi kecil. Langsung saja diguyur bensin dan dibakar, wusssh. Jumali dan anaknya mbanyaki, sedang sang eksekutor kabur.
Hasilnya sangat memuaskan bagi Darwin, karena ketika baca Koran-koran di hari berikutnya, Jumali berhasil ditewaskannya, sementara anaknya hanya luka bakar. Tapi polisi memang hebat. Meski dia sudah sembunyi ke Jember segala bersama istri, masih juga terendus. Akibatnya, beberapa hari lalu dia ditangkap dan digelandang ke Semarang. “Bagaimana coba Pak, lima tahun lalu enak saja dia memperkosa istriku. Bayangkan…,” kata Darwin dalam pemeriksaaan, dan polisi pun membayangkan. Tapi nggak bisa.

Tidak ada komentar: