Senin, Maret 03, 2008

Bukan Perempuan Gatel

Aduh duh, harga Kamidin, 40, sebagai lelaki jadi naik 100 persen macam kedele impor. Bayangkan, wajah tidak cakep-cakep amat, diperebutkan dua wanita sekaligus. Ny. Tarmi, 35, cakar-cakaran di toko dengan Inem, 35, gara-gara soal Kamidin. Tapi siapa rela, dituduh perempuan gatel hanya karena Kamidin suka apel ke rumahnya?
Tarmi dan Inem sebenarnya bergaul secara rukun di Desa Jogotrunan Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang (Jatim). Maklum mereka memang bertetangga dekat. Ke pengajian, bezuk orang sakit, arisan bahkan kondangan keduanya sering jalan bareng. Ketika ada makanan istimewa di rumah, juga suka saling kirim. Ada rengginang dikirim rengginang, ada pete dari kampung dikirim pete. Pokoknya, begitu mencium bau asap makanan enak, pastilah sampai ke rumah.
Inem yang ramah dan suka bergaul dengan siapa saja, kemudian menjadi malapetaka gara-gara statusnya yang janda. Masalahnya, diam-diam suami Tarmi suka main ke rumahnya tanpa sepengetahan istri. Kamidin memang tak pernah menunjukkan sikap tendensius, apa lagi mendeklarasikan cinta, sama sekali tidak. Cuma, bila sudah ngobrol di rumahnya, dia betah berjam-jam. Inem capek sebetulnya, tapi tak tega untuk mengusirnya. Nanti dikira janda sombong dan arogan.
Kunjungan rutin Kamidin ke rumah janda Inem, tak urung menjadi makanan empuk para pengamat di kampung. Mereka menganalisa bahwa ada tanda-tanda suami Tarmi ini mengajak “koalisi” dengan Inem demi coblosan 2009. Maklumlah, janda seksi macam Inem memang sangat rawan isyu. Bergerak dan bersikap sedikit aneh saja, sudah ditafsirkan macam-macam. Yang mau tebar pesona lah, yang mau menjerat lelaki suami oranglah. Padahal ini semua hanya karena si Inem janda seksi ini memang pandai bergaul. Ingat, pintar bergaul bukan berarti minta digauli.
Antara fakta dan isyu memang selalu bertolak belakang. Kabar yang kemudian masuk ke telinga Tarmi, Kamidin ini suka menyelinap ke kamar janda Inem. Dan ketika kabar miring ini sampai pihak terkait, Tarmi pun mengkab-mengkap dia punya dada. Langsung saja dia menuduh bahwa Inem suka menggunting dalam sarung. “Oo, dasar perempuan gatel,” makinya. Dan kemudian, diantar seorang adiknya dia melabrak ke rumah Tarmi. Kenapa tidak cek dulu pada suami? Jaman Gus Dur, ini yang dinamakan pembuktian terbalik.
Hati Tarmi kadung seperti disiram bensin, memang. Maka begitu ketemu, Inem pun langsung dicakar habis. Adiknya yang ikut mengantarkannya ke toko Inem, ikut pula berpartisipasi menganiaya si janda. Keruan saja tubuhnya babak belur. Untung saja segera dilerai pengunung toko. Dalam kondisi memelas Inem melaporkan penganiayaan itu ke Polsek Pasirian. Dia minta polisi menangkap wanita itu. Kenapa begitu mudah menuduh orang gatel. Memangnya sudah siap memberi salep hitam, apa?

Tidak ada komentar: